Paris, Prancis – Kabar gembira menghampiri khazanah intelektual dan budaya Indonesia. Dewan Eksekutif Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) secara resmi menetapkan dua warisan berharga Nusantara, yakni naskah Sunda kuno Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya monumental dari pujangga besar Hamzah Fansuri, sebagai bagian dari 74 nominasi yang akan diinskripsi dalam register Memory of the World (MoW) periode 2024-2025.
Keputusan bersejarah ini diumumkan dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-221 yang berlangsung di Paris, Prancis, pada hari Jumat (11/4), sebagaimana dilansir dari laporan Antara pada Senin (14/4).
Penetapan kedua warisan budaya tak ternilai ini merupakan hasil dari penilaian cermat yang dilakukan oleh International Advisory Committee (IAC) MoW UNESCO, yang mengakui signifikansi universal dan nilai luar biasa yang terkandung di dalamnya. Langkah ini menjadi pengakuan dunia atas kekayaan intelektual dan jejak peradaban yang ditinggalkan oleh para leluhur bangsa Indonesia.
Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, sebuah manuskrip kuno berbahasa Sunda yang diperkirakan berasal dari abad ke-16, kini tersimpan dengan aman di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor registrasi L 630. Lebih dari sekadar artefak sejarah, naskah ini dipandang memiliki signifikansi universal karena memuat ajaran-ajaran moral luhur yang menjadi landasan kehidupan masyarakat Sunda pada masanya. Nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan etika sosial yang tertuang dalam naskah ini diyakini relevan dan abadi, melampaui batas ruang dan waktu.
Judul naskah itu sendiri, Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, yang dapat diartikan sebagai "Ajaran Suci bagi Masyarakat dari Kalangan Resi," mengisyaratkan kedalaman filosofis dan kearifan yang terkandung di dalamnya. Naskah ini menjadi jendela bagi kita untuk memahami pandangan dunia, nilai-nilai budaya, dan sistem kepercayaan masyarakat Sunda pada masa lampau. Pengakuan UNESCO terhadap naskah ini tidak hanya menghargai nilai historisnya, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya pelestarian dan pemahaman terhadap warisan intelektual bangsa.
Selain naskah kuno dari Tatar Sunda, UNESCO juga memberikan penghormatan kepada karya-karya agung dari Hamzah Fansuri, seorang tokoh sufi dan pujangga Melayu yang hidup pada abad ke-16 dan ke-17. Karya-karya Hamzah Fansuri dikenal karena kedalaman spiritualitasnya, keindahan bahasa Melayu klasik yang digunakannya, serta pengaruhnya yang besar terhadap perkembangan sastra dan pemikiran Islam di Nusantara.
Puisi-puisi dan prosa yang dihasilkan oleh Hamzah Fansuri tidak hanya mengungkapkan pengalaman mistis dan pemahaman teologis yang mendalam, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya dan kosmologi masyarakat Melayu pada zamannya. Karya-karyanya menjadi jembatan penghubung antara tradisi sufisme Islam dengan kearifan lokal, menghasilkan sebuah sintesis pemikiran yang unik dan berharga.
Masuknya naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya Hamzah Fansuri dalam nominasi register Memory of the World UNESCO merupakan sebuah kebanggaan besar bagi bangsa Indonesia. Pengakuan ini tidak hanya meningkatkan citra Indonesia di mata dunia, tetapi juga memotivasi upaya pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya yang adiluhung ini untuk generasi mendatang.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, sebagai lembaga yang menyimpan dan melestarikan naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, memainkan peran penting dalam proses nominasi ini. Upaya mereka dalam menjaga dan mendokumentasikan warisan intelektual bangsa patut diapresiasi. Penetapan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian naskah-naskah kuno dan karya-karya sastra klasik sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan sejarah bangsa.
Langkah selanjutnya adalah menunggu pengumuman resmi dari UNESCO mengenai inskripsi naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya Hamzah Fansuri ke dalam register Memory of the World. Jika berhasil diinskripsi, kedua warisan ini akan bergabung dengan koleksi dokumen dan arsip penting dunia lainnya yang diakui memiliki nilai universal luar biasa.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk lebih menggali, melestarikan, dan mempromosikan kekayaan warisan budaya Indonesia lainnya. Masih banyak lagi naskah-naskah kuno dan karya-karya sastra klasik yang menyimpan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang patut untuk diangkat dan diakui oleh dunia.
Pengakuan UNESCO ini juga diharapkan dapat mendorong penelitian lebih lanjut terhadap naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya Hamzah Fansuri, sehingga kandungan intelektual dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan dihayati oleh generasi kini dan mendatang. Ini adalah kesempatan emas untuk merefleksikan kembali akar budaya dan spiritualitas bangsa, serta mengambil pelajaran berharga dari kearifan para leluhur.
Lebih dari sekadar pengakuan simbolis, masuknya warisan Indonesia dalam nominasi Memory of the World UNESCO memiliki implikasi yang lebih luas. Hal ini dapat membuka peluang untuk kerjasama internasional dalam bidang pelestarian warisan budaya, pertukaran pengetahuan, dan promosi pariwisata budaya.
Kisah sukses nominasi ini juga menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk terus berupaya melestarikan dan mempromosikan warisan budaya mereka. Memory of the World merupakan program penting UNESCO yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan dokumenter dunia sebagai bagian dari memori kolektif umat manusia.
Dengan ditetapkannya naskah Sunda kuno dan karya pujangga Melayu ini dalam daftar nominasi, Indonesia sekali lagi menunjukkan kepada dunia kekayaan dan keragaman warisan budayanya. Ini adalah momentum yang tepat untuk memperkuat rasa bangga terhadap identitas nasional dan terus berupaya melestarikan warisan luhur ini agar tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi penerus bangsa.
Penantian akan pengumuman resmi dari UNESCO tentu akan dipenuhi dengan harapan dan kebanggaan. Apapun hasilnya nanti, masuknya naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya Hamzah Fansuri dalam nominasi Memory of the World telah menjadi sebuah pencapaian yang membanggakan dan sebuah langkah maju dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia di kancah internasional.
Semoga langkah bersejarah ini akan semakin membuka mata dunia terhadap kekayaan intelektual dan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, serta mendorong upaya pelestarian yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Warisan leluhur adalah cerminan jati diri bangsa, dan pengakuan dunia adalah motivasi untuk terus menjaganya dengan sepenuh hati.
Dibuat oleh AI, lihat info lain
About Admin2
Blog ini dibuat oleh Ketua PMPS periode ketiga secara pribadi untuk silaturrahmi. Usai pergantian kepengurusan,blog dipertahankan sebagai media bagi mempererat dan menyimpan memori yang baik.
0 comments:
Post a Comment