Moskow melakukan invasi ke Ukraina dengan alasan melindungi warga Donets dan Lugansk yang baru diakui Rusia kemerdekaannya.
NATO menolak menerapkan no fly zone karena takut bermusuhan dengan Rusia secara langsung. Padahal retorika NATO dan AS selama ini cukup membuli Rusia sehingga membuat Ukraina terjebak dalam konflik dengan Rusia.
Menurut Presiden Ukraina, penolakan ini sama saja mengijinlan Rusia semena-mena melakukan pemboman baik ke warga tak berdosa maupun ke pemukiman warga.
Lebih tragis lagi, NATO baru menjelaskan bahwa keberadaan pasukan mereka di perbatasan Ukraina bukan untuk membela Kyiv tapi untuk mencegah perang merembet ke luat Ukraina.
Satu lagi yang membuat pilu Ukraina adalah informasi bahwa AS dan Rusia sudah mengaktifkan hotline agar kedua belah pihak berkoordinasi di belakanga layar agar kepentingan masing-masing tidak dirugikan.
Padahal di lain pihak AS dan Eropa memasok posisi pasukan Rusia melalui satelit militer yang mereka miliki.
Ini membuat adanya kemungkinan kongkalingkong antara AS dan Rusia yang bisa mengorbankan kepentingan Ukraina. Apalagi melihat fakta bahwa Ukraina selama ini terus menjadi partner AS mengawal kebijakan luar negeri Washington.
Di perang Irak, Ukraina bahkan menurunkan pasukan konplit dan akhirnya menguasai Irak tengah sebelum pasukan koalisi akhirnya mundur sejak gahun 2011.
Pembukaan hotline ini juga menunjukkan bahwa NATO khususnya AS telah secara de facto mengakui eksistensi pasukan Rusia di Ukraina.
Dalam perkembangan terakhir Rusia telah membuat beberapa syarat yang sangat berat untuk mencapai perdamaian dengan Ukraina. Pertama mengakui kemerdekaan Donetsk dan Lugansk. Kedua mengakui Krimea yang dicaplok dari Ukraina merupakan wilayah Rusia.
About Admin2
Blog ini dibuat oleh Ketua PMPS periode ketiga secara pribadi untuk silaturrahmi. Usai pergantian kepengurusan,blog dipertahankan sebagai media bagi mempererat dan menyimpan memori yang baik.
0 comments:
Post a Comment