Powered by Blogger.

6/14/2017

Tag:

Alm. Ust Said Rambe: Katakan Benar Walau Pahit

Salah satu tokoh masyarakat Pakkat di Jakarta dan sekitarnya yang cukup berpengaruh dan dihormati adalah alm. Ust Muhammad Said Rambe.

Mungkin tidak semua kalangan mengenalnya kecuali yang berdomisili di Tangerang dan pada keluarga yang merantau dari Pakkat-Parlilitan.

Beliau merupakan putra dari kakak pertama Hj. Rotua Sitohang (baca), yang tinggal di Panyabungan, Mandailing Natal.

Dia merantau ke Jakarta dan  hidup dengan membuka usaha sendiri di bidang perbengkelan.

Hal itu yang membuatnya dapat kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah, Jakarta dan tinggal di Ciputat.

Usai menyelesaikan studinya dia bekerja di Kementerian Agama dan terakhir menjadi Kepala Kantor Urusan Agama.

Dilahirkan dari keluarga yang taat beragama, dia menyelesaikan studi menengah atasnya di Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Mandailing Natal. Begitu juga adik-adiknya Ummi Rahmah Rambe dan Rohani Rambe.

Ummi Rahmah Rambe pernah mengajar mengaji di Masjid Raya Pakkat, khususnya pada bulan ramadhan beserta seorang lulusan Pesantren Purba Baru lainnya. Di antara yang diajarinya adalah Julkifli Marbun (baca) dan yang sebayanya.

Dia kemudian mengajar di Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Jalan Pelajar Timur 264, yang saat itu merupakan lembaga pengajian bernama 'Kader Ulama'.

Di antara muridnya yang masih kecil (usia Ibtidaiyah) adalah Zulkarnaen Sihotang dan Sarbaini Sihotang (baca) yang keduanya melanjut studi ke Pesantren Al Kautsar Al Akbar yang berdiri kemudian.

Bang Said, begitu panggilan akrab Ust Muhammad Said, biasanya hadir dan dimintai nasihatnya ketika ada putra-putri perantauan yang akan menikah.

Pengalamannya di KUA, memberinya banyak pengalaman khususnya dalam membina keluarga baru.

Di Bekasi, posisi ini mirip dengan alm. Ust Simanjuntak, pegawai Kementerian Agama Urusan Haji, yang biodatanya akan ditulis kemudian.

Nasehat Bang Rambe yang paling diingat oleh penulis adalah agar mengatakan sesuatu yang benar walau itu pahit.

"Agar tidak dikemudian hari menyesal," katanya saat itu.

قل الحق ولو كان مرا

Dari sekian banyak pengalamannya, dia pernah bercerita bahwa masalah utama bagi orang yang mengabdikan diri pada masyarakat dan agama adalah ketika dia membutuhkan bantuan, maka jarang ada yang merasa mampu untuk mengurusnya.

"Bisa mengurus orang, belum tentu ada yang mengurus kita," katanya.

Tapi itu, menurutnya, sudah menjadi pilihan dalam dirinya.

Ketika penulis (baca) menjadi ketua Punguan Muslim Pakkat di Jakarta dan Sekitarnya (PMPS), dia selalu memberi masukan dan nasehat bagaimana seharusnya menjalin tali silaturrahmi yang baik kepada paguyuban yang terdiri dari kaum muda dan yang sudah senior.

Masukan itu dibuatnya berdasarkan pengalamannya dalam paguyuban masyarakat Mandailing di Jakarta.

Warga yang mengenalnya kemudian berduka saat beliau dipanggil oleh sang Khaliq.

Anggota keluarga besarnya sangat kehilangan karena tidak ada lagi teladan yang ringan tangan membantu sesama, memberi solusi dan tempat diskusi.

Semoga jasa-jasanya, amal baiknya dapat diterima di sisi Allah SWT.

Beliau adalah abang sepupu dan sekaligus sebagai guru bagi penulis. Mari kita doakan dan membacakan al fatihah agar arwah beliau selalu dirahmati Allah SWT di alam barzakh.

Begitu juga doa kepada Allah SWT agar selalu merahmati guru-guru penulis, yang masih hidup atau yang sudah wafat, khususnya alm ayahanda Jureman Marbun yang dikenal dengan nama Mahmun Syarif Marbun semasa studi di Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Mandailing  Natal, Tuan Guru Syeikh Ali Akbar Marbun, dikenal dengan sebutan Buya Ali Akbar Marbun, kini Rais Syuriah PBNU, Ketua Dewan Ulama Jamiyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) dan pengasuh Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar.

Juga kepada guru KH. Ibrahim Lubis, Ketua MUI Pakkat, guru-guru di sekolah, pesantren, guru-guru di India (baik dalam ilmu hadits maupun lainnya), Yordania (sastra arab) dan lain sebagainya yang tak bisa disebut satu persatu.

About Admin2

Blog ini dibuat oleh Ketua PMPS periode ketiga secara pribadi untuk silaturrahmi. Usai pergantian kepengurusan,blog dipertahankan sebagai media bagi mempererat dan menyimpan memori yang baik.

0 comments:

Post a Comment

 

Ads