Masjid Raya Al Jihad Raja Oppu Bindu Hutagalung, namanya. Berada di Kecamatan Tarutung, Tapanuli Utara. Di Tanah Batak ini, masjid yang termasuk salah satu masjid tertua di Sumatera Utara ini masih kokoh berdiri di kawasan yang disebut Kampung Melayu.
Dahulu, orang Batak menyebut siapa saja yang masuk Islam dengan sebutan Melayu. Menurut penuturan pengurus masjid, Effendi Siregar. Masjid ini sudah berdiri sejak tahun 1820, atau lebih dulu dari kehadiran penginjil berkebangsaan Jerman, Nomensen yang tiba di Tarutung tahun 1864.
“Masjid ini didirikan oleh Raja Oppu Bindu Hutagalung pada 1820,” ujar Effendi. Semasa itu, katanya, para perantau yang bermukim di kawasan tersebut akan diberikan pertapakkan tanah oleh Raja Oppu Bindu Hutagalung bila memeluk Islam.
Pada bulan Ramadhan, masjid ini sering dijadikan persinggahan untuk berbuka puasa, bagi yang hendak melanjutkan perjalanan ke Tapanuli Selatan.
Menarik bagi Comel.id menelusuri jejak Islam di Tanah Batak, yang kini mayoritas penduduknya pemeluk nasrani. Masjid ini meninggalkan kisah tentang jejak Islam di Tano Batak.
Menurut Sejarahwan, T.M. Muhar Omtatok. Dahulu di wilayah lembah silindung ini banyak dikunjungi orang Melayu dari Sumatera Timur termasuk Siak dan Pulau Pinang. Hal itu boleh terjadi karena hubungan niaga, penyebaran Islam, dan pengumpulan kuli yang orang lokal menyebutnya Jabolon.
Adalah Raja Mangambit gelar Tuan Syech Abdul Fatah Ibrahim dari marga Hutagalung, setelah bercucu disebut dengan gelaran (panggoaran) dari cucu (pahompu), hingga beliau disebut Ompu Bindu Hutagalung. Beliau juga memiliki saudara yang juga seorang Syekh bernama Tuan Syekh Arsyad Ibrahim, keduanya cucu seorang ulama pula, Tuan Syekh Arsyad Ibrahim, salah seorang ulama yang memang jumlahnya tak banyak masa itu di Tanah Batak.
Pendiri Masjid Raya Al Jihad, Ompu Bindu selain ulama, juga dikenal sebagai peniaga yang berniaga hingga ke Payakumbuh dan Tanoh Doli (Tanah Deli). Beliau pula membuka persulukan atau tempat belajar Islam di Silindung, sebelum Nomensen tiba di kawasan tersebut. (Sumber)
Dahulu, orang Batak menyebut siapa saja yang masuk Islam dengan sebutan Melayu. Menurut penuturan pengurus masjid, Effendi Siregar. Masjid ini sudah berdiri sejak tahun 1820, atau lebih dulu dari kehadiran penginjil berkebangsaan Jerman, Nomensen yang tiba di Tarutung tahun 1864.
“Masjid ini didirikan oleh Raja Oppu Bindu Hutagalung pada 1820,” ujar Effendi. Semasa itu, katanya, para perantau yang bermukim di kawasan tersebut akan diberikan pertapakkan tanah oleh Raja Oppu Bindu Hutagalung bila memeluk Islam.
Pada bulan Ramadhan, masjid ini sering dijadikan persinggahan untuk berbuka puasa, bagi yang hendak melanjutkan perjalanan ke Tapanuli Selatan.
Menarik bagi Comel.id menelusuri jejak Islam di Tanah Batak, yang kini mayoritas penduduknya pemeluk nasrani. Masjid ini meninggalkan kisah tentang jejak Islam di Tano Batak.
Menurut Sejarahwan, T.M. Muhar Omtatok. Dahulu di wilayah lembah silindung ini banyak dikunjungi orang Melayu dari Sumatera Timur termasuk Siak dan Pulau Pinang. Hal itu boleh terjadi karena hubungan niaga, penyebaran Islam, dan pengumpulan kuli yang orang lokal menyebutnya Jabolon.
Adalah Raja Mangambit gelar Tuan Syech Abdul Fatah Ibrahim dari marga Hutagalung, setelah bercucu disebut dengan gelaran (panggoaran) dari cucu (pahompu), hingga beliau disebut Ompu Bindu Hutagalung. Beliau juga memiliki saudara yang juga seorang Syekh bernama Tuan Syekh Arsyad Ibrahim, keduanya cucu seorang ulama pula, Tuan Syekh Arsyad Ibrahim, salah seorang ulama yang memang jumlahnya tak banyak masa itu di Tanah Batak.
Pendiri Masjid Raya Al Jihad, Ompu Bindu selain ulama, juga dikenal sebagai peniaga yang berniaga hingga ke Payakumbuh dan Tanoh Doli (Tanah Deli). Beliau pula membuka persulukan atau tempat belajar Islam di Silindung, sebelum Nomensen tiba di kawasan tersebut. (Sumber)
About Admin2
Blog ini dibuat oleh Ketua PMPS periode ketiga secara pribadi untuk silaturrahmi. Usai pergantian kepengurusan,blog dipertahankan sebagai media bagi mempererat dan menyimpan memori yang baik.
0 comments:
Post a Comment